Tahun Baru: Momentum Evaluasi dan Resolusi


Terompet kertas berbagai bentuk, hiasan pita beraneka warna, ornamen salju artifisial, reklame big sale pusat perbelanjaan, pengumuman program promosi khusus, iklan beragam event dan rencana acara yang meriah merupakan pemandangan yang lazim kita jumpai di penghujung tahun. Suasana semarak ini bahkan telah dapat kita nikmati sejak awal bulan Desember.

Bulan Desember memang bulan yang identik dengan suasana kemeriahan. Pada akhir bulan tersebut ada momentum besar yang diperingati oleh manusia di seluruh dunia dengan bermacam-macam bentuk perayaannya. Pergantian tahun, atau yang lebih sering kita sebut sebagai “tahun baru”, sejatinya mengandung momentum proses yang memberi makna dan penghayatan bagi manusia sebagai bagian dari periode kehidupannya, yaitu evaluasi dan resolusi.

Evaluasi
Di dunia terdapat berbagai metode penanggalan (takwim) yang secara historis berkaitan dengan keyakinan maupun tradisi yang dianut oleh masing-masing umat manusia. Setidaknya ada empat sistem penanggalan yang banyak digunakan di dunia. Dua di antaranya menggunakan perhitungan berdasarkan luni-solar (fase bulan dan matahari), yaitu sistem penanggalan Tahun Saka yang berasal dari India dan diyakini oleh umat Hindu, serta sistem penanggalan Imlek yang berasal dari China dan diyakini oleh masyarakat Tionghoa. Sistem penanggalan lainnya yaitu sistem kalender Tahun Hijriah yang berasal dari Arab dan diyakini oleh umat Muslim. Perhitungan sistem kalender Hijriah ini berdasarkan pada fase peredaran bulan, atau yang disebut dengan sistem qomariyah (lunar). Sedangkan sistem penanggalan yang paling banyak digunakan di dunia yaitu sistem kalender Tahun Masehi (Gregorian) yang berasal dari zaman kekaisaran Romawi.

Secara universal, sistem penanggalan yang umum digunakan di seluruh dunia hingga saat ini adalah sistem kalender Tahun Masehi yang perhitungannya berdasarkan fase revolusi bumi mengelilingi matahari (solar) yang terdiri dari 12 bulan, diawali dengan bulan Januari dan berakhir pada bulan Desember. Maka tidak mengherankan jika akhir bulan Desember digunakan sebagai momentum untuk mengevaluasi berbagai hal yang telah terjadi pada satu kurun waktu sebelumnya, yaitu periode satu tahun terakhir.

Dalam konteks bisnis dan perekonomian, sistem pelaporan yang mengacu pada aturan internasional mengharuskan seluruh perusahaan untuk menggunakan sistem penanggalan Masehi sebagai dasar perhitungan angka tahun pelaporannya, maka akhir Desember merupakan waktu yang tepat bagi perusahaan untuk mengevaluasi kinerja yang tercermin di dalam laporan tahunan (annual report) yang telah dibuatnya. Kinerja perusahaan dievaluasi dengan membandingkan antara target yang telah dicanangkan di awal tahun dengan realisasi pencapaiannya hingga akhir tahun. Pencapaian-pencapaian tersebut juga dievaluasi melalui perbandingan dengan kinerja di tahun-tahun sebelumnya, apakah tercapai peningkatan atau bahkan mengalami penurunan.

Evaluasi ukuran kinerja perusahaan yang paling umum digunakan adalah indikator rasio keuangan, seperti profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas.
George Papaconstantinou dan Wolfgang Polt (1997) menyatakan, “Evaluation refers to a process that seeks to determine as systematically and objectively as possible the relevance, efficiency and effectiveness of an activity in terms of its objectives, including the analysis of the implementation and administrative management of such activity.” Definisi ini mengandung pengertian bahwa evaluasi adalah suatu analisis yang membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dan implementasi dari suatu aktivitas.

Dalam konteks individu, evaluasi adalah proses perbaikan diri dengan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pada masa yang telah lalu, atau sering pula disebut dengan introspeksi diri. Evaluasi dapat dilakukan oleh seorang individu dengan perenungan (kontemplasi) sebagai upaya penyadaran diri bahwa kesalahan yang telah diperbuat di masa lampau tidak boleh terulang di masa yang akan datang.

Esensi dari evaluasi adalah pengukuran performansi dengan membandingkan antara target yang telah ditetapkan dengan realita pencapaiannya sebagai upaya untuk perbaikan diri. Evaluasi pribadi tidak hanya dilakukan sebatas pada perenungan dan pengakuan kesalahan, namun akan lebih berarti jika diiringi dengan tindakan nyata sebagai wujud dari komitmen yang kuat demi kehidupan dan pencapaian yang lebih baik di masa yang akan datang. Sejatinya, evaluasi diri pun tidak hanya dilakukan di akhir tahun, namun dapat dilakukan setiap saat dalam keseharian kehidupan manusia sebagai upaya self controlling.

Resolusi
Kata yang melekat erat dengan momentum tahun baru adalah “resolusi”. Kebanyakan orang menyebut rencana kegiatan dan target pencapaiannya di tahun yang baru sebagai sebuah resolusi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “resolusi” diartikan sebagai putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berupa tuntutan tentang suatu hal.

Ketika tiba di penghujung tahun, sebagian besar orang membuat daftar rencana yang akan dilakukan dan target yang akan dicapainya di tahun yang akan datang. Daftar rencana dan target tersebut yang kemudian lebih populer disebut sebagai “resolusi”. Penetapan resolusi dibuat berdasarkan hasil evaluasi diri di tahun sebelumnya. Resolusi dibuat berdasarkan cita-cita, harapan, dan keinginan individu, atau dapat pula terbentuk karena tuntutan atau kondisi lingkungan di sekitarnya yang mengharuskan pencapaian akan hal-hal tertentu.

Karena keterbatasan (constraints) selalu ada pada setiap individu, maka seorang individu harus mampu menetapkan prioritas tertentu di antara sekian banyak cita-cita dan keinginannya agar dapat lebih fokus pada upaya pencapaiannya. “Targets need to be choosen carefully. In setting targets, it is important to focus on a manageable number of priority areas” (Teresa Curristine, 2007:199).

Resolusi yang ideal adalah resolusi yang realistis dan rasional, yang diikuti dengan kekuatan komitmen dan ditunjang oleh tindakan-tindakan nyata dari individu tersebut untuk mewujudkannya. Amartya Sen dalam bukunya yang berjudul Rationality and Freedom (2004:597) menyatakan, ”A person’s achievement may, of course, include her achievement in being able to ‘act’ in a certain way, but the list of achievements can go well beyond the actions undertaken”.

Sebaik-baik resolusi adalah resolusi yang dapat direalisasikan. Yang terpenting bukanlah seberapa tinggi dan seberapa banyak resolusi tersebut, namun seberapa kuat komitmen dan seberapa besar upaya untuk mampu mewujudkannya. Setinggi apapun resolusi yang dibuat, jika tidak diikat oleh komitmen yang kuat serta kerja keras dan tindakan nyata, maka tidak akan dapat mewujudkan apapun.

Evaluasi dan resolusi adalah dua proses yang bergulir membentuk siklus. Resolusi ditetapkan di awal periode untuk memberikan arah pencapaian aktivitas, sedangkan evaluasi dilakukan di akhir periode sebagai pengukur keberhasilan pencapaian aktivitas tersebut, yang kemudian dijadikan dasar untuk merumuskan resolusi kembali untuk periode yang selanjutnya. Sebagaimana waktu yang juga merupakan alur yang bersiklus, maka pergantian waktu adalah saat yang tepat untuk menyempurnakan siklus proses evaluasi dan resolusi. Selamat Tahun Baru 2012.***

*Artikel ini dimuat di Harian Tribun Jabar pada 31 Desember 2011


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *